TeknikMembaca Puisi di Atas Pentas e. Teknik Membaca Puisi yang Baik dan Benar Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama! (untuk soal 19-21) Walhasil, saya gagal jadi Ketua RT, gagal mendamaikan Pak Dwiyatmo dan Said. Saya, dokter ilmu politik berijazah luar negeri! Entah apa yang akan saya katakan pada Said kalau kebetulan Setelahkalian memahami teknik membaca puisi di atas, praktikkanlah teknik itu untuk membaca puisi yang berjudul Aku tersebut di depan kelas. Anggaplah bahwa posisi depan kelas itu sebagai pentas. Kalian dapat membaca dengan teknik tersebut secara bergantian satu demi satu dan teman-teman kalian yang lain dapat memberikan komentar atau TeknikMembaca Puisi di Atas Pentas. e. Teknik Membaca Puisi yang Baik dan Benar. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama! (untuk soal 19-21) Walhasil, saya gagal jadi Ketua RT, gagal mendamaikan Pak Dwiyatmo dan Said. Saya, dokter ilmu politik berijazah luar negeri! Entah apa yang akan saya katakan pada Said kalau kebetulan ketemu di kampus. Jawaban D. Teknik Membaca Puisi di Atas Pentas. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, yakinlah bahwa kalian telah mengenakan pakaian dengan rapi atau mengenakan pakaian sesuai dengan isi puisi yang akan kalian baca.berdirilah dengan tegak dan tenang di atas pentas sebelum kalian memulai membaca.kuasailah pentas dan penonton dengan mengarahkan Tag cara membaca puisi di atas pentas. Beberapa Manfaat Menulis Puisi yang Sangat Bagus. Posted on 27/07/2019 by admin. jika membicarakan puisi pastinya nggak bisa lepas dari keindahan dan permainan bunyi dari kata-kata yang diciptakan sang pengarang. Puisi sendiri merupakan karya sastra [] cara membedakan ikan guppy jantan dan betina. 0% found this document useful 0 votes630 views7 pagesOriginal TitleTEKNIK MEMBACA PUISICopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes630 views7 pagesTeknik Membaca PuisiOriginal TitleTEKNIK MEMBACA PUISI Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud MAKNA KATA DEKLAMASISudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan kata asli Indonesia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Indonesia, misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggris dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Indonesia perkataan deklamasi sudah ada sebelum tahun 1950-an. Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk bedanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu mempunyai cara-cara dan aturannya BAHAN YANG DIDEKLAMASIKANTentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk CARA BERDEKLAMASISeperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan saja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan dari mereka yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari satu. Hal ini sering terjadi dalam lomba-lomba yang menyiapkan puisi wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih MENAFSIR PUISIApakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kita pun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mengucapkan kata-kata yang seram dan kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Karena itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus dipahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke persoalan yang lebih MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISICara mengucapkan puisi itu tidak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-aturannya di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, di mana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harusdiucapkan biasa, dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri —— Diucapkan biasa saja/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi^ Suara perlahan sekali seperti berbisik ^^ Suara perlahan sahaja^^^ Suara keras sekali seperti berteriak V Tekanan kata pendek sekaliVV Tekanan kata agak pendek VVV Tekan kata agak panjangVVVV Tekan kata agak panjang sekali ____/ Tekanan suara meninggi ____ Tekanan suara agak merendah \Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai siapaorang yang mahir dan pandai setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca juga merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil sastra berupa puisi dengan bahasa lisan. Membaca puisi sering diartikan sama dengan deklamasi. Membaca puisi dan deklamasi mengacu pada satu pengertian yang sama, yakni mengkomunikasikan puisi kepada para pendengarnya. Hakikat membaca puisi tidaklah berbeda dengan deklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada penikmatnya dengan setepat-tepatnya agar nilai-nilai puisi tersebut sesuai dengan maksud penyairnya. Puisi merupakan sebuah karya sastra yang memerlukan penghayatan dalam pembacaan dan pembawaan. Puisi atau sajak dapat dibaca dalam hati atau dengan suara keras. Ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan pada saat membaca sajak dengan keras. Prinsip itu adalah volume suara, artikulasi suara, intonasi, gerak tubuh, mimik, dan pandangan mata. Volume suara adalah derajat keras atau lemahnya suara pada saat Anda membaca puisi. Keras atau lemahnya suara harus tepat. Artikulasi suara adalah pengucapan kata demi kata dengan benar serta dengan suara yang jelas dan pilah. Intonasi adalah lagu membaca yang meliputi penggalan kata dan tinggi atau rendahnya suara pada saat kalian membaca larik demi larik sajak. Gerak tubuh meliputi gerak seluruh anggota tubuh kaki, tangan, badan, dan kepala sesuai dengan isi sajak yang dibaca. Mimik adalah ekspresi atau perubahan wajah sesuai dengan karakteristik dan suasana misalnya, sedih, semangat, atau gembira yang digambarkan pada sajak yang dibaca. Pandangan mata adalah arah mata memandang, yang seharusnya ditujukan ke segala penjuru tempat penonton berada. Setelah mengetahui prinsip-prinsip tersebut, kita dapat mengaplikasikan prinsip tersebut ke dalam teknik-teknik membaca puisi di atas pentas dalam dunia nyata. Fungsi Bahasa Bahasa mempunyai empat fungsi utama, yaitu fungsi ekspresif, fungsi deskriptif, fungsi sosial, dan fungsi tekstual. Fungsi ekspresif berkenaan dengan penggunaan bahasa untuk menampilkan hal-hal yang terkait dengan diri pembicara atau penulis, seperti perasaan, pikiran, pilihan, prasangka, dan pengalamannya. Fungsi ekspresif berimpitan dengan fungsi tekstual dalam hal bahwa untuk mengungkapkan diri pembicara atau penulis, baik media tulis maupun lisan, dapat digunakan. Fungsi deskriptif berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi faktual. Fungsi deskriptif juga disebut fungsi ideasional. Fungsi sosial dimaksudkan sebagai penggunaan bahasa sebagai alat untuk menjalin dan memapankan hubungan sosial di antara pengguna bahasa. Fungsi sosial juga disebut fungsi interpersonal. Fungsi tekstual adalah fungsi bahasa yang terkait dengan cara penciptaan teks, baik lisan maupun tulis, yang runtut dan sesuai dengan konteks. Membaca Ekspresif Membaca ekspresif adalah membaca dengan mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman penulis. Pada umumnya kegiatan membaca ekspresif dilakukan dengan suara yang keras dan gaya atau penampilan sesuai dengan isi materi yang dibaca. Dengan demikian, membaca ekspresif dapat dikatakan sebagai membaca dengan penuh penghayatan. Mengingat kegiatan membaca ekspresif dilakukan dengan suara keras, kegiatan membaca seperti ini sejalan dengan membaca teks secara lisan, yang berlawanan dengan membaca teks dalam hati. Salah satu contoh kegiatan membaca ekspresif adalah membaca puisi. Membaca ekspresif sangat cocok diterapkan dalam membaca puisi. Membaca puisi ekspresif sering dilakukan di depan kelas atau di depan penonton di atas pentas. Jika demikian halnya, diperlukanlah teknik membaca puisi yang benar. Teknik merupakan prosedur yang mengandung beberapa langkah. Langkah-langkah itu tidak harus ditempuh secara urut karena tidak saling menentukan. Dengan demikian dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi juga menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, Untuk dapat melakukan kegiatan membaca puisi di atas pentas berikut prosedur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membaca puisi di atas pentas. Teknik Membaca Puisi di Atas Pentas Yakinlah bahwa Anda telah mengenakan pakaian dengan rapi atau mengenakan pakaian sesuai dengan isi sajak yang akan Anda baca. Berdirilah dengan tegak dan tenang di atas pentas sebelum Anda memulai membaca. Kuasailah pentas dan penonton dengan mengarahkan pandangan ke segala penjuru sambil memberikan penghormatan kepada mereka dengan cara menganggukkan kepala. Hayatilah sajak yang Anda baca dengan memahami isi dan pesannya. Bacalah sajak tersebut dengan artikulasi suara yang jelas, dengan volume suara yang dapat menjangkau semua penonton, dan dengan intonasi yang bagus. Aturlah napas dengan baik dengan menyesuaikan penggalan kata, larik, dan bait sajak tersebut. Pusatkan perhatian pada sajak yang dibaca dengan mengendalikan diri tanpa terpengaruh oleh penonton. Prosedur tentang teknik membaca puisi tersebut bukan merupakan prosedur yang ketat yang setiap langkahnya harus ditempuh secara urut. Anda mungkin juga berpendapat bahwa puisi dengan isi dan pesan yang berbeda menuntut teknik membaca yang berbeda pula. Membaca puisi atau membaca nyaring sebuah puisi tergolong dalam bentuk membaca indah. Tujuan membaca puisi tidak hanya untuk kepuasan si pembaca saja, tetapi juga untuk memberikan kepuasan pada pendengarnya. Nah pada kesempatan kali ini kita akan membaca teknik atau cara dalam membacakan sebuah puisi dengan lafal, nada, tekanan dan intonasi yang tepat beserta contohnya. Untuk itu, silahkan kalian simak baik-baik penjelasan berikut ini. Selamat membaca dan belajar semoga bisa paham. Teknik Dasar dalam Pembacaan Puisi Kegiatan membaca puisi poetry reading mulai populer sejak hadirnya kembali WS. Rendra dari kelananya di Amerika Serikat. Agar Anda dapat membaca puisi dengan baik perlu memperhatikan hal-hal berikut 1. Interprestasi Penafsiran Untuk memahami sebuah puisi kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang-lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila kita salah dalam menafsirkan makna simbol/lambang, kita dapat salah dalam memahami isinya. 2. Teknik Vokal Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan penguasaan intonasi, diksi, jeda, enjambemen, dan lafal yang tepat. 3. Performance Penampilan Dalam hal ini pembaca puisi dituntut untuk dapat memahami pentas dan publik. Pembaca puisi juga dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Berani menatap penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi harus memperhatikan pula irama serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai atau meresapkan isi puisi itu. Harmonisasi antara mimik dengan isi maksud puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca puisi. Ingatlah tidak setiap puisi dapat dibaca dilisankan tanpa menempatkan tanda tafsir pengucapannya terlebih dahulu. Adakalanya Anda menemui deretan baris atau bait yang satu dengan yang lain mempunyai jalinan pengucapan atau ada pula yang secara tertulis terpisah, sehingga perlu jeda. Bila Anda kurang tepat dalam memberi jeda, akan dapat mengaburkan maknanya. Seorang penyair mempunyai beberapa kiat agar puisinya dapat dicerna atau dinikmati pembaca. Penyair kerap menampilkan gambar angan atau citraan dalam puisinya. Melalui citraan penikmat sajak memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusus atau gambaran yang menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya. Perhatikan kutipan sajak Amir Hamzah berikut ini Nanar aku gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai Dalam puisi di atas citraan penglihatan yang terasa ada dalam angan-angan pembaca. Pembaca seolah melihat sosok wanita rupawan yang mengintai dari balik tirai. Di samping citraan/imajinasi visual yang menimbulkan pembaca seolah-olah dapat melihat sesuatu setelah membaca kata-kata tertentu, terdapat pula imajinasi lain, seperti imajinasi auditory pendengaran, imajinasi articulatory seolah mendengar kata-kata tertentu, imajinasi alfaktory seolah membau/mencium sesuatu, imajinasi organik seolah Anda seperti merasa lesu, capek, ngantuk, lapar, dan sebagainya. Setelah Anda dapat menafsirkan lambang-lambang dalam puisi, untuk mewujudkan keutuhan makna, Anda dapat lakukan langkah parafrasa puisi, memberi tanda jeda, serta tekanan atau intonasinya. Yang perlu diingat bahwa dalam mencoba memahami sebuah puisi perlu memperhatikan judul, arti kata, imajinasi, simbol, pigura bahasa, bunyi/rima, ritme/irama, serta tema puisi. Aspek dalam Pembacaan Puisi Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, untuk memahaminya diperlukan analisis sehingga dapat diketahui bagian-bagiannya serta jalinannya secara nyata. Analisis pada segi bentuk dan isi belumlah cukup untuk memberikan gambaran nyata dan memuaskan, namun setidaknya terbuka sedikit tabir dari makna dan nilai yang terkandung dalam isi puisi. Agar dapat membaca puisi secara tepat, maka Anda perlu untuk memahami puisi yaitu dengan cara melakukan analisis terhadap isi puisi. Terdapat beberapa tahap untuk memahami puisi dengan melakukan analisis puisi, antara lain sebagai berikut. 1. Aspek Bunyi Sebuah puisi akan bermakna jika dibaca oleh karena itu memahami aspek rima, irama, jeda, nada, dan intonasi pembacaan merupakan langkah awal untuk memahami isi puisi. Perhatikan perulangan-perulangan yang digunakan, permainan vokal-konsonan dalam puisi, penekanan pada kata tertentu, sajak-sajak serta unsurunsur bunyi yang lainnya. 2. Aspek Kata Salah satu definisi puisi menyebutkan bahwa puisi merupakan pola permainan kata yang terkandung makna di dalamnya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa aspek utama dalam sebuah puisi adalah rangkaian kata. Lakukan pemahaman terhadap makna kata per kata yang dilanjutkan dengan pemahaman rangkaian kata yang membentuk bait. Apakah sebuah kata akan memiliki perbedaan makna setelah terangkai dalam sebuah bait puisi? Ataukah masih memiliki makna yang sama? Adakah pengaruh dari rangkaian kata sebelumnya pada makna kata atau rangkaian kata selanjutnya? Pertanyaanpertanyaan seperti itulah yang pada akhirnya mampu memberikan pemahaman pada isi puisi 3. Aspek Intrinsik Puisi Pemahaman terhadap aspek intrinsik puisi sangat membantu pemahaman terhadap isi puisi. Dalam aspek intrinsik puisi memuat objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Objek yang dikemukakan dalam hal ini memuat hal-hal yang diangkat pengarang dalam puisinya, misalnya perahu, bulan, air laut, kehidupan dan banyak lagi objek lain yang digunakan. Latar, sama halnya dengan prosa, memuat latar tempat dan waktu. Pelaku, dalam hal ini juga memuat pelaku yang dimunculkan dalam puisi, misalnya si aku atau tokoh yang lain. Pada puisi Teratai karya Sanusi Pane diperuntukkan pada tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. 4. Aspek Pemaknaan Secara Implisit Pada tahap ini pemaknaan dilakukan secara menyeluruh sehingga terangkai sebuah cerita, kisah, peristiwa, atau yang lainnya. Perhatikan puisi berikut. Cintaku Jauh Di Pulau Cintaku jauh di pulau gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar, angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang terang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “tujukan perahu ke pangkuanmu saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau kalau ku mati, di mati iseng sendiri. Bait pertama, menggambarkan sang kekasih nun jauh di sana. Bait kedua, menggambarkan tentang kebahagian namun terdapat kegelisahan di akhir bait. Bait ketiga, awal bait menggambarkan segalanya berjalan dengan baik dan lancar, namun di akhir bait kegelisahan pada akhir bait kedua terjadi yaitu panggilan yang kuasa. Bait keempat dan bait kelima menggambarkan kegagalan si aku untuk mencapai cita-citanya bertemu sang gadis meskipun segala daya dan upaya telah dilakukan Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh!. 4. Aspek Perenungan Pada tahap ini pembaca dituntut untuk melakukan penyimpulan dan perenungan terhadap isi puisi secara menyeluruh. Makna yang terkandung pada puisi di atas bisa dinyatakan sebagai kegagalan menemui sang kekasih setelah sekian lama melakukan perjalanan panjang ternyata harus terhalangi oleh kematian. Unsur-Unsur Penting dalam Pembacaan Puisi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, agar dapat membacakan sebuah puisi maka Anda harus bisa memaknai puisi tersebut. Pemaknaan puisi berarti kegiatan memahami isi puisi, dengan cara mencoba menemukan makna yang terkandung dalam puisi, berupa tema, ide, amanat, atau pengalaman penyair. Dalam pemaknaan puisi, Anda diminta juga untuk memaknai unsur diksi, bunyi, irama, citraan, dan gaya bahasa. Unsur diksi, yaitu ketepatan pemilihan kata dari penyair yang mewakili perasaan dan jiwanya untuk menunjukkan keekspresifan dan keindahan sebuah puisi. Unsur Sajak dan Irama, yaitu pola keindahan dalam setiap larik puisi yang dibacakan. Contoh Teja Lihat langit sebelah barat Lautan warna dibuat teja → Hiperbola Berkilau-kilau dari darat → Repitisi ke cakrawala bayangan mega Makin lama muram cahaya awan kelabu perlahan melayang melayang-layang entah ke mana Laksana mimpi ia menghilang Pilihan kata “teja” sebagai judul dipilih penyair untuk mewakili pergantian waktu. Teja adalah awan kekuning-kuningan yang terpancar di langit waktu sore petang. Penyair mengungkapkan warna langit dengan sebutan lautan warna untuk mengungkapkan teja cakrawala. Unsur sajak dan irama sengaja dipilih penyair untuk mengungkapkan keindahan. Perhatikan kata-kata diakhir baris puisi /barat/, /teja/, /darat/, dan / mega/, /cahaya/, /melayang/, /ke mana/, dan menghilang/. Indah bukan? Citraan, adalah sarana pengungkapan puisi yang mendayagunakan panca indra manusia, yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan peraba. Gaya bahasa majas, adalah sarana pengungkapan kata-kata untuk menimbulkan keindahan dan menghidupkan puisi. Macam-macam majas antara lain metafora perbandingan langsung, personifikasi penginsanan, ironi sindiran, litotes merendahkan diri, hiperbola melebih-lebihkan, repetisi pengulangan, dan sebagainya. Contoh Kaulah kandil gemerlap → Citraan penglihatan Pelita jendela di malam gemerlap melambai pulang berlahan → Majas personifikasi sabar setia selalu Persiapan Sebelum Melakukan Pembacaan Puisi Agar Anda dapat lancar membaca puisi di atas pentas dan di depan para audiens, maka ada beberapa persiapan atau latihan yang harus Anda lakukan di rumah. Langkah-langkah persiapan dalam pembacaan puisi antara lain sebagai berikut. Kenali dulu gaya atau jenis puisi tersebut. Misalnya, puisi yang berisi perjuangan nantinya harus dibawakan dengan gaya semangat. Adapun jika puisi tersebut berisi hal yang penuh nilai-nilai religius dapat dibawakan dengan suasana syahdu. Hayati dan pahami isi puisi dengan interpretasi Anda sendiri. Hal ini akan membantu Anda merasakan bahwa puisi yang dibawakan nantinya akan menyatu dengan sanubari Anda sendiri. Selanjutnya, Anda dapat membaca secara berulang-ulang isi puisi tersebut. Mulanya, mungkin Anda bisa membacanya dalam hati kemudian mengucapkan secara bergumam. Selama menghayati dengan membaca berulang-ulang, janganlah Anda terpengaruh oleh suasana sekeliling. Tanamkanlah dalam diri bahwa Anda bisa masuk dalam isi dunia puisi tersebut. Dengan begitu, Anda akan menyatu dengan keseluruhan bait puisi dan makna di dalamnya secara penuh. Lakukanlah latihan membaca puisi dengan berulang-ulang. Sebelumnya, Anda dapat memberi tanda intonasi, tekanan, atau nada pada puisi yang akan Anda bacakan. Hal ini nantinya akan membantu Anda dalam mendeklamasikan isi puisi dengan pembawaan sepenuh hati. Sebagai langkah awal, lakukanlah latihan di depan cermin. Dalam hal ini, Anda sekaligus dapat menilai gesture serta mimik Anda sendiri. Selanjutnya, Anda dapat mempraktikkan pendeklamasian puisi di hadapan teman atau keluarga Anda. Silakan Anda meminta pendapat dari mereka. Hal ini akan lebih membantu Anda jika ada kritik atau masukan dari orang lain. Sebagai bahan latihan, bacalah dalam hati isi puisi berikut dengan saksama. Hayatilah maknanya. Pada Suatu Hari Nanti Pada suatu hari nanti Jasadku tak akan ada lagi Tapi dalam bait-bait sajak ini Kau takkan kurelakan sendiri Pada suatu hari nanti Suaraku tak terdengar lagi Tapi di antara larik-larik sajak ini Kau akan tetap kusiasati Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikenal lagi Namun di sela-sela huruf sajak ini Kau takkan letih-letihnya kucari Dalam puisi tersebut, digambarkan jiwa penyair tidak akan pernah mati di mata dan di hati apresiatornya. Jiwa penyair akan selalu abadi meski sang penyair telah meninggalkan alam fana ini. Mengapa demikian? Segala harapan dan impiannya tentang hidup dan kehidupan, termasuk kesepian dan kesunyian, telah dikristalkan lewat larik-larik puisi yang ditulisnya dengan rasa kecintaan mendalam. Kecintaan itu adalah kecintaan terhadap hidup, baik pada yang kelak akan musnah maupun yang abadi. Hal tersebut menggerakkan sang penyair untuk terus menghasilkan puisi-puisinya. Cara Membaca Puisi yang Baik dan Benar Membaca puisi disebut juga berdeklamasi. Membaca puisi merupakan suatu proses yang melibatkan pihak pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Membaca puisi termasuk keterampilan membaca estetika. Hakikat membaca estetika adalah membaca dengan memerhatikan unsur-unsur keindahan dan penghayatan. Nah, agar dapat tampil baik ketika membaca puisi, Anda perlu berlatih dan memerhatikan beberapa hal. 1. Memperhatikan Elemen Penting Puisi Hal-hal yang perlu kamu perhatikan saat membaca puisi, yaitu sebagai berikut. Lafal, yaitu cara seseorang mengucapkan bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa harus jelas, misalnya /k, p, t, s, a, i, u, e, o, ng, ny, v, f/ dan sebagainya. Intonasi, yaitu naik, turun, tinggi, rendah lagu kalimat dalam pembacaan puisi. Kamu harus perhatikan bagaimana intonasi/irama pembacaan kata-kata dan baris-baris puisi. Pahamilah mana kata yang diucapkan dengan nada tinggi, rendah, naik, atau turun. Hal ini agar puisi yang kamu bacakan dapat indah terdengar oleh pendengar. Tekanan adalah keras lembutnya pengucapan bagian ujaran tiap kata dalam puisi. Nada adalah tinggi rendahnya irama suara. Jeda adalah waktu hentian sebentar dalam ujaran ketika membaca puisi atau pada saat enjabement. Gerak dan mimik wajah sesuai isi puisi, disertai dengan gesture gerakan tubuh yang tepat. Penghayatan yang mendalam terhadap isi puisi. 2. Memberi Tanda-Tanda Teks Puisi Agar puisimu lebih mudah kamu baca, berilah tanda-tanda pembacaannya. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut. Sekarang, perhatikanlah contoh penggunaan ramburambu tersebut. Perhatikan pula cara membacakannya. Berdasarkan penandaan tersebut, Anda akan mudah untuk membacakan sekaligus menghayati isi puisinya. Puisi tersebut berisi kesedihan penyair melihat kehidupan rakyat jelata dan sengsara. Kesedihan dan kepiluan itu semakin menyayat dengan terdengarnya suara angklung. Agar saat Anda membaca puisi dengan penghayatan yang baik, bacalah puisi hasil karyamu sendiri. Dengan puisi karya sendiri, Anda akan mengetahui dengan baik kapan jeda, in tonasi, dan tekanan diterapkan. Untuk menunjukkan hal itu, perbanyaklah menulis puisi agar Anda dapat membaca nya dengan lebih baik. Selain itu, sering-seringlah menyimak pembacaan puisi, membaca buku antologi puisi, serta menyaksikan dan mengikuti lomba baca dan tulis puisi. Dengan demikian, Anda akan semakin mahir dalam memahami puisi. 3. Sikap Membaca Puisi Sikap pada waktu membaca puisi sangat menentukan keberhasilan seorang pembaca puisi. Sikap yang harus kamu perhatikan saat membaca puisi adalah sebagai berikut. a. Sikap wajar dan tenang Bersikaplah wajar dan tenang namun penuh dengan percaya diri. Janganlah kamu berlebihan over acting ketika membaca puisi. b. Gerakan mimik dan anggota badan lain yang mendukung Gunakan gerakan mimik, tangan, atau anggota badan lain yang mendukung. Tujuannya agar puisi yang sedang kamu bacakan tidak kaku dan dapat mewakili ekpresi jiwa pengarang. c. Volume suara yang tepat Aturlah suaramu secara baik. Pahami tanda-tanda yang kamu tulis dalam puisimu. d. Kelancaran dan kecepatan Membaca puisi berbeda dengan membaca teks berita. Membaca puisi perlu keterampilan dan pembelajaran khusus. Bacalah puisimu secara tepat dan lancar berdasarkan teknik yang kamu kuasai. Janganlah terlalu cepat, baca secara pelan namun pasti sesuai kaidah membaca puisi yang telah kamu pelajari. Hai teman-teman, kita pasti kalau ingin membaca puisi di depan umum atau diatas panggung gerogi. Nah teman – teman ini saya punya prinsip – prinsip sebelum membaca puisi diatas pentas dan tentu dengan Teknik membaca puisi diatas pentas. Prinsip – prinsip dalam membaca Puisi a. Volume suara adalah derajat keras atau lemahnya suara pada saat kalian membaca puisi yang dimaksud. b. Artikulasi suara alah pengucapan kata demi kata dengan benar serta dengan suara yang jelas dan pilah. c. Intonasi adalah lagu membaca yang meliputi penggalan kata dan tinggi atau rendahnya suara pada saat kalian membaca baris demi baris puisi. d. Gerak tubuh meliputi gerak seluruh anggota tubuh kaki,tangan,badan , dan kepala sesuai dengan isi puisi yang dibaca. e. Mimik adalah ekspresi atau perubahan wajah sesuai dengan karakteristik dan suasana misalnya,sedih,semangat, atau gembira. f. Pandangan mata adalah arah mata memandang ; seharusnya pandangan mata ditujukan ke segala penjuru tempat penonton berada. Teknik Membaca Puisi di Atas Pentas 1. Yakinlah bahwa kalian telah mengenakan pakaian dengan rapi atau mengenakan pakaian sesuai dengan isi puisi yang akan kalian baca. 2. Berdirilah dengan tegak dan tenang di atas pentas sebelum kalian memulai membaca. 3. Kuasailah pentas dan penonton dengan mengrahkan pandangan je segala penjuru sambil memberi penghormatan kepada mereka dengan cara menganggukkan kepala. 4. Hayatilah puisi yang kalian baca dengan memahami isi dan pesannya. 5. Bacalah puisi tersebut dengan artikulasi suara yang jelas,dengan volume suara yang dapat menjangkau semua penonton,dan dengan intonasi yang bagus. 6. Aturlah napas dengan baik dengan menyesuaikan penggalan – penggalan kata,baris,dan bait puisi tersebut. 7. Pusatkan perhatian kepada puisi yang dibaca dengan mengendalikan diri tanpa terpengaruh oleh penonton. Sumber Buku Paket Bahasa Indonesia kurikulum 2013

teknik membaca puisi di atas pentas